Barang Dagangan di Paniai Terjual Habis

0
1818

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Akibat diberlakukannya lockdown total bagi angkutan orang dan barang (bama) selama dua minggu di empat kabupaten wilayah Meepagoo, Nabire, Dogiyai, Deiyai dan Paniai, telah berimbas pada berbagai barang dagangan. Di Paniai, bahan makanan yang dijual para pedagang telah habis terbeli.

Barang dagangan dimaksud yakni yang selalu didatangkan sebelumnya dari Nabire seperti ikan laut, ayam potong, ayam es dan sayur mayur (kacang panjang, terong, bayam dan sejenisnya).

Kondisi ini sedang terjadi di kabupaten Paniai. Tampak, barang-barang dagangan tersebut dari pantauan suarapapua.com, di semua kios di sekitaran kota Enarotali terjual habis. Adapun sedikit dan harganya mahal.

“Ayam ukuran kecil habis. Sudah habis dari seminggu lalu. Yang ada hanya ayam ukuran besar. Tapi harganya 300 ribu. Sudah kami kasih naik. Sebelumnya 200 ribu,” ujar ibu Esti, pedagang ayam potong hidup, di kompleks pasar Iyaipugi, Enarotali, ketika ditemui suarapapua.com, Selasa (19/5/2020).

Baca Juga:  Dua Anak Diterjang Peluru, Satu Tewas, Satu Kritis Dalam Konflik di Intan Jaya

Ibu asal Makasar ini menuturkan, bisa demikian karena tidak ada pemasok masuk akibat jalan ditutup.

ads

“Kalau ayam besar ini habis juga, kami tidak jual apa-apa lagi. Ya bagaimana pun harus tunggu sampai jalan dibuka. Karena ini satu-satunya usaha kami. Lain, tidak ada,” ujarnya sembari berharap, setelah lewat batas waktu lockdown, mobil angkutan bama dapat diijinkan lewat.

Seperti diberitakan media ini, lockdown ini telah dan sedang berlangsung sejak tanggal 11 dan akan berakhir Senin mendatang, 25 Mei 2020. Tujuan lockdown sendiri dalam rangka melakukan percepatan penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di wilayah Meepago.

Terpisah, Ibu Surya, pedagang sembako dan ayam es, di Bapouda, Enarotali, ketika ditemui juga menuturkan hal sama.

Baca Juga:  Panglima TNI Didesak Tangkap dan Adili Prajurit Pelaku Penyiksa Warga Sipil Papua

“Semua ayam es yang kami jual sudah habis. Terakhir habis dua hari lalu. Sekarang saya jual sembako saja,” ungkap ibu asal kota Kudus, Jawa Tengah ini.

Namun diakuinya, sembako yang dijual, yakni khusus beras dan gula, porsinya telah dikurangi.

“Harganya tetap, ada lima ribu, sepuluh ribu sampai 30 ribu. Porsinya saja yang saya kurangi. Itu saya lakukan dari sejak pertama jalan (darat) ditutup,” terangnya.

Untuk sembako lain seperti garam, veksin, masako, minyak goreng dan lainnya, ujar dia, harganya masih tetap.

“Tapi kalau teman-teman pedagang kasih naik, jelas saya juga kasih naik,” bebernya.

Yunus Gobai, tokoh pemuda Paniai, menyatakan meski permintaan pasar sedang demikian, bupati di tiga kabupaten tersebut harus tetap pada prinsip tegakkan lockdown.

“Hanya karena gara-gara harga pasar naik lalu mau kembali buka lockdown itu tidak boleh. Harus ikuti perkembangan corona,” ujar dia ketika diminta tanggapan terkait harga barang yang terjadi oleh suarapapua.com, Selasa (19/5/2020).

Baca Juga:  Pertamina Pastikan Stok Avtur Tersedia Selama Arus Balik Lebaran 2024

Dinilainya, sebab sejak diberlakukan lockdown situasi masyarakat beraktivitas terlihat aman dan lancar. Berbeda dengan sebelumnya.

“Ini yang diharapkan kita bersama. Bupati Dogiya, Deiyai, Paniai, hebat. Secara pribadi saya salut. Semua masyarakat juga pasti beri salut,” ungkapnya.

Namun untuk bantuan, ia mengingatkan,tidak berlama-lama disalurkan terutama kepada mahasiswa asal daerah masing-masing yang bertebaran di seluruh kota studi di Indonesia.

“Kenapa mahasiswa, karena asalnya cuman satu, mereka di tanah rantau. Jauh dari keluarga dan kerabat yang tidak bisa kasih langsung makanan seperti di Papua. Pasti sekarang mereka sedang kelaparan dan butuh sekali bantuan. Apalagi ini sudah jalan dua bulan lebih,” harapnya.

Pewarta: Stevanus Yogi

Edior: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaPolda Papua Barat Didesak Tangkap OTK yang Tembak Yohanis Marir
Artikel berikutnyaDAP Sebut, Penahanan Hingga Sidang Lima Tapol Papua Adalah Sandiwara Politik